Kendala-Kendala yang dihadapi dalam
penerapan Safety di Perkebunan :
- Tingkat Pendidikan rendah
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat
tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
- Pemahaman tentang Safety di Perkebunan masih
minim
Kemampuan petugas keselamatan kerja dibidang
rekayasa operasi, rekayasa keselamatan kerja, manajemen pengendalian bahaya
dirasakan sangat kurang sehingga merupakan kendala diperolehnya kinerja
keselamatan kerja yang baik. Akibat dari pada kurangnya pemahaman ini
terdapatnya kesenjangan antara makin majunya teknologi terapan dengan dampak
negatif yang makin tinggi dengan kemampuan para petugas keselamatan kerja dalam
mengantisipasi keadaan yang makin berbahaya. Hal ini juga disebabkan karena
kurangnya pengembangan SDM di bidang K3 atau kurang dikembangkannya
perkembangan dunia pendidikan di bidang ini.
- Undang-Undang yang mengatur masih minim, tidak
seperti dengan Industri dan Pertambangan
- Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen
operasi terhadap usaha pengendalian bahaya dirasakan masih sangat kurang.
Keadaan ini akan membudaya mulai dari lapis bawah sehingga banyak para karyawan
memilki kesadaran keselamatan yang rendah, disamping itu pengetahuan mereka
terhadap bidang rekayasa dan manajemen keselamatan kerja juga sangat terbatas.
Ditambah lagi anggapan bahwa K3 adalah cost center yang padahal sebenarnya
justru sebaliknya.
BENTUK-BENTUK TAHAPAN SOSIALISASI
K3 YANG BAIK DIGUNAKAN :
- Safety Talk
- Monitoring Penggunaan Alat-Alat Keselamatan Kerja
- Sosialisasi dan Penerapan MSDS (Material Safety
Data Sheet)
- Pembuatan Nearmiss
- Rapat Safety Bulanan
- Reward dan Punishment
Kecelakaan Kerja Perkebunan :
Replanting => Prosesing
Replanting terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan diupayakan untuk
diterapkan yaitu:
·
Penggunaan alat dan mesin-mesin
·
Penggunaan bahan kimia
·
Dalam aktivitas agrobisnis perbenihan tanaman secara vegetatif
baik secara konvensional (menyetek, mencangkok, menyambung dan lainlain)
hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesehatan pekerja sama dengan dalam
kegiatan teknik perbenihan secara generatif yaitu penggunaan alat mesin serta
penggunaan bahan kimia.
·
Dalam aktivitas agrobisnis perbenihan tanaman secara vegetatif
dengan teknik kultur jaringan terdapat sedikit perbedaan yaitu harus
memperhatikan minimal 3 hal dalam kesehatan pekerja yaitu; penggunaan alat dan
mesin-mesin, penggunaan bahan kimia dan penggunaan lampu ultra violet dalam
persiapan enkas untuk inokulasi bahan berupa sel atau jaringan tanaman.
Dalam melakukan kegiatan Replanting sebaiknya menggunakan pakaian kerja dan alat
pelindung diri ketentuan umum untuk pakaian kerja adalah sebagai berikut:
·
Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja
tetap kering dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk pekerjaan dalam
iklim panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari
isolasi panas yang berlebihan dan memudahkan pengeluaran keringat. Pakaian
pelindung yang sesuai harus disediakan jika ada suatu resiko radiasi UV atau
bahan yang beracun.
·
Pakaian harus mempunyai warna yang kontras agar pekerja terlihat
dengan jelas.
·
Bila menggunakan bahan kimia berbahaya, alat pelindung diri
harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia di tempat
kerja.
·
Alat pelindung diri harus mematuhi standar internasional atau
nasional.
·
Alat pelindung diri harus disediakan dalam jumlah yang cukup.
·
Operator harus sadar bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan hal yang sangat penting.
Penanaman => Penanaman Tanaman Karet
1. Pembuatan lubang tanam dan pengajiran kedua.
2. Lubang tanam untuk tanah ringan 45x45x30 Cm, untuk tanah berat
60 x 60 x 40 Cm.
3. Lubang dibiarkan satu bulan atau lebih.
4. Jenis penutup tanah; Puecaria Javanica, Colopogonium moconoides
dan centrosema fubercens,penanaman dapat diatur atau ditugal setelah tanah
diolah dan di bersihkan, jumlah bibit yang ditanam 15 – 20 Kg/Ha dengan
perbandingan 1 : 5 : 4 antara Pueraria Javanoica : Colopoganium moconoides dan
cetrosema fubercens
5. Penanaman ; bibit ditanam pada lubang tanah yang telah diberi
tanda dan ditekan sehingga leher akan tetap sejajar dengan permukaan tanah,
tanah sekeliling bibit diinjak-injak sampai padat sehingga bibit tidak goyang,
untuk stump mata tidur mata menghadap ke sekatan atau di sesuaikan dengan arah
angin.
Pemeliharaan => Memiliki usaha
perkebunan karet sangat tergantung dengan kondisi alam dan kemampuan pohon
karet itu sendiri dalam menghasilkan getah. Tentunya dalam merawat perkebunan
karet tugas utamanya adalah bagaimana caranya menjaga pohon karet tetap sehat
dan produktif dalam menghasilkan getah karet.
Pada umumnya perawatan
dilakukan setiap tahunnya seperti yang telah dilakukan pada kebun karet yang
telah berumur lebih dari 6 tahun, seperti berikut ini:
1. Pembersihan
Gulma dan tanaman pengganngu lahan
2. Menjaga
sistem penyadapan tetap baik dan tidak merusak kuilit batang
3. Pemupukan
dua kali dalam setahun, dengan pupuk Pupuk NPK (N = Nitrogen + P= Pospat + K =
Kalium). Nitrogen untuk daun dan Pospat untuk batang serta Kalium untuk akar
4. Pemberian
suplemen untuk suplemen untuk penguat getah agar makin lancar,
5. Menjaga
lingkungan sekitar pohon agar tetap mendapatkan asupan sinar matahari yang
cukup
6. Memangkas
dahan yang seringkali memberatkan beban batang pohon karet
Pestisida adalah bahan
kimia yang dipergunakan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman. Sifat
pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan
sakit atau bahkan kematian. Ada beberapa jenis insektisida berdasarkan bentuk,
cara kerja dan susunan kimia dan cara penggunaan. Ada insektisida yang
disemprotkan dalam bentuk aerosol maupun dibakar (fumigant), dioleskan dan
sebagainya. Keracunan insektisida dapat terjadi melalui bebera cara, seperti
melalui kulit, mulut atau melalui hisapan udara di hidung. Keracunan melalui
kulit dapat dengan mudah terjadi jika kulit terbuka. Oleh sebab itu dalam
proses pembuatan dan penyemprotan insektisida harus dilakukan secara hati-hati
dan menggunakan peralatan pelindung agar insektisida tidak terkena tubuh,
seperti penggunaan masker, sarung tangan, pakaian yang tertutup, dan
sebagainya.
Agar terhindar dari
bahaya keracunan terhadap pestisida ada beberapa hal yang perlu dipahami antara
lain :
Semua pestisida adalah
racun yang berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus dijauhkan dari
makanan, minuman dan hewan ternak.
Jangan mencampur
pestisida melebih takaran yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
-
Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara
penyimpanan dan cara pencampurannya, dan penggunaan.
-
Alat-alat untuk mencampur dan penyimpan insektisida harus
diletakkan terpisah dari gudang dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
-
Hindari kontak langsung antara tubuh kita dengan insektisida.
Kontak dengan insektisida tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena
dapat terjadi penyerapan melalui kulit.
-
Hindari makan, minum dan merokok sewaktu menyemprot insektisida
-
Setelah menyemperot dengan insektisida, cucilah pakaian dan
tubuh badan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
-
Jangan menyemperotkan insektisida berlawanan dengan arah angin,
dn laranglah orang-orang atau anak-anak yang lalu lalang saat penyemprotan
insektisida dilakukan.
-
Jika alat penyemperot pestisida tersumbat jangan sekali-kali
ditiup atau dihisap dengan menggunakan mulut.
-
Gunakan pakaian pelindung badan saat melakukan penyemperotan
Produksi => Penyadapan
adalah suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di
dalam tanaman karet keluar. Kesalahan dalam melakukan penyadapan akan
mengakibatkat kerugian yang besar juga akan mengakibat timbulnya penyakit
kering alur sadap dan keruguan lainnya.
Teknik Penyadapan Karet
1.
Menentukan Matang Sadap
a.
Matang Sadap Pohon
Penyadapan dapat
dilakukan sekitar umur 4.5- 6 tahun atau lilit batang sudah mencapai 45 cm
diukur 100 cm di atas pertauatan okulasi (DPO).
b.
Matang Sadap Kebun
Apabila jumlah tanaman
matang sadap sudah mencapai >60%. Misalkan 1 ha kebun karet berisi 555
batang (jarak tanam 6 x 3 m), maka matang sadap kebun bila pohon matang sadap
sudah mencapai 333 batang.
2.
Persiapan Buka Sadap
Alat – Alat yang
diperlukan untuk melakukan persiapan buka sadap adalah sebagai berikut :
-
Meteran kain dan meteran kayu
-
Mal Sadap
-
Kayu panjang 130 cm dengan plat seng lebar 6 cm, panjang 50 – 60
cm dipakukan pada ujung kayu dengan sudut 120
-
Pisau Mal besi berujung runcing dan bertangkai untuk menoreh
kulit waktu mengambar bidang sadap.
-
Talang Sadap yaitu seng lebar 2.5 cm; panjang 8 cm berguna untuk
mengalirkan lateks ke mangkuk sadap
-
tali cincin untuk mencantolkan cincin mangkuk kebatang karet.
-
Cincin mangkuk,terbuat dari kawat yang digunakan untuk meletakan
mangkuk sadap
-
Mangkuk sadap untuk menampung lateks
-
Pisau sadap bisa pisau sadap tarik dan atau pisau sadap dorong
3.
Penggambaran bidang sadap
Penggambaran bidang sadap
dilakukan pada pohon yang sudah matang sadap yang ditetapkan berdasarkan;
-
Tinggi bukan sadap,
-
Arah dan sudut kemiringgan irisan sadap,
-
Panjang irisan sadap, dan
-
Letak bidang sadap.
Penggambaran bidang sadap
tanaman okulasi tidak sama dengan tanaman yang berasal dari biji. Penggambaran
bidang sadap pada tanaman okulasi setinggi 130 cm DPO dan tanaman seeding
setinggi 100 cm. Arah penyadapan dari arah kiri atas kekanan bawah agar
pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.70
dengan bidang datar.
Sudut kemiringan bidang
sadap bawah sudutnya 30 – 400 terhadap bidang datar dan bidang sadap
atas:sudutnya 450. Kemiringan irisan sadap Berpengaruh pada jumlah pembuluh
lateks yang terpotong dan aliran lateks kearah mangkuk sadap. Panjang irisan sadap
(PIS) dipengaruhi oleh :
1.
Produksi dan pertumbuhan
2.
Konsumsi Kulit
3.
Keseimbangan produksi jangka panjang
4.
Kesehatan tanaman. Anjuran PIS:1/2 S (Irisan miring sepanjang ½
spiral lingkar batang).
5.
Letak bidang sadap
6.
Arah timur barat (pada jarak antar tanaman yang sempit) untuk
mempercepat penyadapan dan mudah dikontrol.
4.
Pemasangan Talang Sadap Dan Mangkuk Sadap
Talang sadap dipasang
dibawah ujung irisan sadap bagian bawah dengan tujuan agar tidak menggangu
penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik dan tidak banyak meninggalkan
bekuan. Selanjutnya mangkuk sadap diletakkan diatas cincin mangkuk dan diikat
dengan tali ke batang.
5.
Pelaksanaan Penyadapan
Kedalaman irisan sadap
dianjurkan 1 – 1.5 mm dari kambium dengan ketebalan sadap sekitar 1,5 – 2,0 mm.
Penentuan frekuensi penyadapan berkaiatan dengan panjang irisan dan intensitas
penyadapan dimana panjang irisan : ½ S dan frekuensi penyadapan 2 tahun pertama
3 hari sekali, tahun selanjutnya 2 hari sekali. Panjang irisan dan frekuensi
penyadapan bebas. Waktu penyadapansebaiknya dilakukan jam 5.00 – 7.30 pagi.
Penggunaan bahan, alat
dan mesin dalam teknik penyadapan diupayakan untuk memenuhi kriteria di bawah
ini; Semua perkakas, mesin dan bahan-kimia berbahaya yang digunakan dalam
penyadapan harus:
·
Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
ditentukan dalam standar internasional atau nasional dan rekomendasi.
·
Digunakan hanya untuk pekerjaan yang telah dirancang atau
dikembangkan, kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah
dinilai oleh seorang yang kompeten yang telah menyimpulkan bahwa penggunaan
alat dan bahan yang digunakan adalah aman:
·
Digunakan atau dioperasikan hanya oleh para pekerja yang telah
dinilai berkompeten dan/atau memiliki ketrampilan yang sesuai.
Penyebab Kecelakaan Kerja di
Perkebunan :
- Lingkungan Kerja Fisik
oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar dll)
- Lingkungan Kerja Kimia
oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida dll)
- Lingkungan Kerja
Biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma dll)
- Lingkungan Kerja
Ergonomis oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan
kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja
- Lingkungan Kerja
umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi permukiman jauh dari kota
- Human Error (sikap
kerja/SDM yang salah)
Kecelakaan Kerja yang mungkin
terjadi pada saat :
- Pembukaan Lahan
- Pemeliharaan Tanaman
- Panen
- Pengolahan
- Gudang
- Kabel Listrik
Karakteristik Penyebab Umum
Kecelakaan :
Kondisi Tidak Aman
- Tempat kerja (ancak)
yang tidak rata (berbukit)
- Pohon Karet bengkok
- Pohon karet relative
tinggi
- Kebun bersemak lebat,
ancak berlobang
Tindakan Tidak Aman
- Kelalaian Pekerja
- Kurang Terampil
- APD tidak cukup atau
tidak memadai
- Mandor tidak punya SOP
- Tidak ada pengawasan
Akibat Kecelakaan Kerja
Kecelakaan dapat menimbulkan 5 jenis
kerugian, yaitu: Kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan,
kelalaian dan cacat, dan kematian. Heinrich (1959) dalam ILO (1989:11) menyusun
daftar kerugian terselubung akibat kecelakaan sebagai berikut:
- Kerugian akibat hilangnya waktu
karyawan yang luka,
- Kerugian akibat hilangnya waktu
karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin tahu, rasa simpati,
membantu menolong karyawan yang terluka,
- Kerugian akibat hilangnya waktu bagi
para mandor, penyelia atau para pimpinan lainnya karena membantu karyawan
yang terluka, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar proses
produksi ditempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh
karyawan lainnya dengan memilih dan melatih ataupun menerima karyawan
baru.
- Kerugian akibat penggunaan waktu
dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit,
- Kerugian akibat rusaknya mesin,
perkakas, atau peralatan lainnya atau oleh karena tercemarnya bahan-bahan
baku,
- Kerugian insidental akibat
terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya,
kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa,
- Kerugian akibat pelaksanaan sistem
kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan,
- Kerugian akibat keharusan untuk
meneruskan pembayaran upah penuh bagi karyawan yang dulu terluka setelah
mereka kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin belum penuh sepenuhnya)
hanya menghasilkan separuh dari kemampuan normal
- Kerugian akibat hilangnya kesempatan
memperoleh laba dari produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari
mesin yang menganggur.
- Kerugian yang timbul akibat
ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena kecelakaan tersebut,
- Kerugian biaya umum (overhead)
per-karyawan yang luka.